Bagi sebagian masyarakat mungkin akan berfikir ulang jika berencana menggeluti bisnis tokek. Betapa tidak, selain jarang ditemui, salah satu hewan sefamili dengan cicak itu juga sangat identik dengan cerita mistis. Tak heran, jika hanya segelintir orang yang mau menggeluti usaha itu.
Satu diantaranya, yaitu Kamim, salah
seorang warga Desa Banjardowo, Jombang. Dia sudah puluhan tahun bergelut
dengan usaha tokek. Maka, jangan kaget jika bertandang ke rumahnya,
bakal menemui puluhan tokek berada di kandang.
Bahkan, jika tokek sedang bersuara, dari kejauhan sudah mendengar bunyi-bunyian khas dari binatang melata itu.
Maklum, bisa dikatakan Kamim menjadi
satu-satunya orang di Kota Santri ini yang beternak tokek. Barangkali
warga yang lain ogah karena hewan itu berbau mistis.
’’Ya memang, banyak yang bilang tokek
itu hewan jelmaan, ada juga yang bilang tokek itu ada yang nunggu alias
makhluk halus,’’ kata Kamim, sembari tertawa.
Padahal, kata Kamim harga jual tokek
cukup tinggi, mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 50 juta. Bahkan satu ekor
tokek harganya bisa melambung hingga miliaran rupiah.
’’Namun, tergantung ukurannya. Semakin panjang tokek, maka harganya pun juga makin tinggi,’’ katanya.
Untuk saat ini, ada sedikitnya 32 tokek
yang ia pelihara. Dari jumlah itu, mayoritas tokek tersebut hasil
buruannya tiap malam. Tapi, ada juga tokek-tokek kecil hasil budidaya
tokek di rumahnya.
Saking banyaknya tokek yang ia pelihara
oleh warga sekitar sosok Kamim lebih dikenal dengan julukan raja tokek.
’’Ya entah siapa yang mulai, tahu-tahu punya sebutan itu melekat pada
diri saya,’’ tuturnya.
Memang, bisnis tokek yang ia geluti
sudah berjalan lama, sekitar 23 tahun, tepatnya tahun 1983 silam. Saat
itu, dia belum segetol sekarang, pasalnya hanya berburu dan menjualnya
ke pengepul.
Tapi, seiring berjalannya waktu, Kamim
mulai berfikir untuk merintis budidaya tokek. ’’Jadi sekitar tahun 90-an
mulai budidaya, itung-itung sudah punya pengalaman,’’ kata pria berusia
64 tahun ini.
Lantas ia menyebutkan dari tiga jenis
tokek yang biasa tersebar, yaitu tokek batu, tokek hutan dan tokek
rumah. Jenis tokek rumah yang biasa diburu dan dibudidayakan. Itu
setelah nilai harga jual tokek rumah lebih tinggi.
’’Masing-masing jenis ada yang
membedakan, baik warnanya maupun bentuknya. Kadang-kadang ada yang kecil
dan besar,’’ jelas Kamim.
Untuk harga tokek rumah saja kata Kamim
bisa mencapai puluhan juta. Namun, itu tergantung panjang tokek.
Beberapa bulan lalu, ia menjual dengan bandrol Rp 25 juta dengan panjang
38 sampai 39 centimeter.
’’Jadi paling panjang 40 sampai 45
centimeter, harganya bisa Rp 45 juta sampai Rp 1 miliar. Tokek baru
layak jual tinggi panjangnya kalau panjangnya kisaran 38 sampai 40
centimeter,’’ sebutnya.
Kamim mengaku tidak mengetahui secara
pasti tokek itu bakal dipergunakan untuk apa. Hanya, informasi yang ia
dapat, biasanya tokek dimaksimalkan untuk pengobatan. ’’Juga terkadang
dipelihara, karena mitosnya tokek itu membawa peruntungan,’’ ucapnya.
Apakah ada ritual khusus ketika berburu
tokek? Kamim mengaku tidak membutuhkan ritual khusus. Hanya, karena
tokek dinilai mempunyai nilai mistis, maka ketika berburu harus
membekali diri dengan nyali tinggi, disamping kejelian dan kesabaran.
’’Sebab bisa-bisa bukan tokek yang kita buru, tapi makhluk halus,’’ pungkasnya sambil tertawa. (nk)
Sumber: http://www.jpnn.com/
No comments:
Post a Comment